Sunday 27 February 2011

CINTA DIDEPAN BIBIR

cerpen / asmari

CINTA DIDEPAN BIBIR

Cuaca hujan, dibarengi angin yang meniup agak kencang, menusuk pada tulang sumsum. Rio Paneta bersama kedua temannya terjebak hujan saat ia sedang menju rumah Ai Nuri, seorang gadis cantik yang masih duduk dibangku SMA.

Demi cinta, apa rintangan, apapun halangan, tak pernah dipedulikan sama Rio Paneta. Dulu saat Ai Nuri masih tinggal di Jakarta ia bisa bertemu tiap hari, karena Rio satu kelas dengan Ai. Namun kini semua telah berubah, saat Ai Nuri memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya dikampungnya sendiri. Karena Ibunda Ai Nuri sekarang-sekrang ini selalu terjatuh sakit.

"Men!...hujannya makin besar??" kata Sandi, salah satu teman Rio

"Sepertinya aku tak tahan, ..kita pulang aza yuk??!!" tambah Abil, teman Rio yang kedua.

"Sebentar lagi kita sampe, setelah hujan reda kita lanjutkan perjalan, OK!!!" timbale Rio.

"Berapa jauh lagi Men???" tanya Abil.

"Ya…kira-kira 20 kilo meter lagi…" jawab Rio.

Dan rupanya cuaca hari ini betul – betul kurang bersahat dengan perjalanan Rio. Hujan yang dikira akan reda, ternyata tak kunjung reda. Malah semakin besar saja, dibarengi petir yang menggelegar. Sesekali petir itu seakan menyentuh gubuk yang menauinginya.

"Mau kapan hujan ini akan berhenti??.." kata Abil

"Mungkin bentar lagi akan berhenti." Jawab Sandi

"Gue harap begitu.." tambah Rio.

***

Perjalanan dilanjutkan setelah hujan reda. Ketiga cowok itu masuk dalam mobil dan langsung tanjap menuju tujuannya. Rio yang jadi pilot kelihatan bersemangat, sedang kedua temannya terlihat melamun, sambil kedua tangannya memegangi perut.

"Lapar Man!!!" kata Abil.

"Itu sama… Gue pun lapar." Tambah Sandi.

"Kita cari warung, OK!!!" kata Rio. Sambil dijawab serempak oleh Sandi dan Abil.

***

Perjalanan yang melahkan akhirnya sampe juga di sebuah kampong nan sunyi, sejuk dan indah. Kapung dimana Ai Nuri dilahirkan.

Udara pagi ini sepertinya sangat cerah. Burung-burung kerkicau begitu merdu, sura dedaunan yang tertiup angin menjadi ciri khas tersendiri.

"Oh…. Indah sekali….." kata Sandi saat menatap bukit-bukit kecil dekat pesawahan.

"Inilah salah satu surga dunia, aliran air yang mengalir jernih, yang bersih, dan sejuk. Tak seperti dikota yang engap dan pengap." Kata Rio.

"Men, kita lari-lari kecil yuk..sambil keliling kampong, biar gue tahu luar dalemnya kampung ini. " ajak Abil.

"Pengen liat kampungnya apa liat cewenya lhu…" tandas Sandi.

"Keduanya ciii… he he…" jawab Abil.

"Ok, man…" kata Abil menunjuk ke Rio.

"Ok," jawab Rio.

"Ya, udah sekarang kita cabut." Sambung Sandi.

"Eit, tunggu dulu … ga pake sepatu ne…" Tanya Abil..

"Ga usahlah,…" jawa Sandi.

"Nyeker ne…., ga takut …..??" Tanya Abil

"Knapa mesti takut…. Kali – kali telapak kaki ne menyentuh tanah…" jawab Sandi.

"Gmana man…??" tanya Sandi menunjuk pada Rio.

"Ok, ..sekarang kita cabut." Jawab Rio.

Ketiga cowok itu, berlari-lari kecil mengelilingi kampung yang begitu baru bagi ketiganya. Mereka berlari hanya mengekana kaos dan celana pendek, plus telanjang kaki. Maklum pesiapannya kurang kumplit.

Saat berlari, orang – orang kampung pada melihatnya, saat berpapasan mereka saling berbisiK. "Anak baru ya.." tandas mereka.

Satu persatu dilaluinya rumah – rumah di kampung itu, satu persatu jua dijumpainya penduduk dikampung itu.

Abil terlihat semangat, apalagi saat melihat cewe cewe cantik, kedua matanya melotot tak mau kedip.

"Man.. rumahnya Ai belah mana?" Tanya Abil.

"Dari sini lurus ikuti sungai kecil ini, nanti ada rumah yang dekat sawah, nah itu rumahnya." Jawab Rio.

"You.. pernah maen kerumahnya?" Tanya Sandi.

"Pernah, dulu waktu SMP kelas 2, kebetulan Mami ma Papi pengen maen ke kampungnya Mang Cuing." Jawab Rio.

"Men.. gimana kalo sekarang kita kerumah Ai?" Tanya Sandi.

Rio berpikir sejenak, belum jug Rio menjawab Abil telah mendahuluinya.

"Jangan sekarang, .. gimana kalo nanti malm? Pake mobil lah…. Masak anak sang direktur jalan kaki, Nati disangkanya anak kere lagi…" jawab Abil.

"Tapi Gue nunggu keputusan Rio. Giman men?" Tanya Sandi.

"OK, ..Gue setuju," jawab Rio sambil berlari kecil.

Mereka bertiga akhirnya menuju kerumah Ai, berlari mengikuti sungai kecil, dan tak lama kemudian sampelah didepan rumah Ai. Lalu Rio memberi salam pada Ibu nya Ai yang kebetulan sedang menyapu didepan halaman rumahnya.

"Assaalmu'alaikum,.." kata Rio.

"Walaikumsalam,.." jawab Ibu itu. Sambil kedua matanya menapat ke raut wajah Rio, lalu kedua mata Ibu itu menatapi juga pada bagian kaki Rio.

"Mau kesiap?" Tanya Ibu itu, sambil kedua matanya menatap sinis pada Rio.

"Maaf, mau ke Ai." Kata Rio.

"Ga, ada!!" jawab itu dengan cepat.

"O,.. ya udah, makasih ya bu.." kata Rio, lalu permisi meninggalkannya.

Ditengah perjalanan, Sandi dan Abil heran dengan sikap Ibu Ai.

"Kalo ga salah, gue liat Si Ai ada didalem deh." Tanya Sandi.

"Nah, itu masalahnya, Ibunya Rio ga mau putrinya bertemu ma kita-kita. Dia sangka gue ne orang kere. Liat aza.. nyeker semua." Jawab Abil.

"Tapi, ..kalo gue liat ..orang – orang yang gue jumpai semuanya pada nyeker tuh, tuh liat Ibu-Ibu itu yang pada mau kesawah. Nyeker kan..?, tu seorang gadis juga …semuanya nyeker… ga ada yang mewah.." kata sandi.

"Ya sudahlah.. mungkin memang Ai nya ga ada." Kata Rio.

***

Hari sudah sore, kira – kira sudah pukul 5 sore, matahari sudah membenamkan dirinya. Rio, Sandi dan Abil sedang berkumpul dengan Mang Cuing dan istrinya. Mang Cuing orang yang terkenal baik, ia dulu pernah bekerja menjadi tukang kebun di kakeknya Rio. Waktu ia bekerja ayah Rio begitu akrab sekali denga mang Cuing. Namun seteleh kakenya Rio meninggal mang Cuing tidak bekerja lagi. Ditambah usianya yang sudah tua. Sekalipun Ayah Rio meminta mang Cuing untuk tinggal di rumahnya, namun mang Cuing lebih memilih tinggal dikampung saja. Dan yang menjadi tukang kebun sekarang dirumah Rio adalah ayahnya Ai Nuri. Mulanya Ai Nuri pun ikut bersama ayahnya, sambil sekolah bersama Rio, itupun biaya sekolahnya ditanggung Ayah Rio.

Dua tahun telah dijalani Rio, tiap pergi sekolah dan pulang sekolah selalu bersama Ai Nuri. Namun setelah Ibunya Ai selalu sakit, akhirnya Ayah Ai meminta izin kepada Ayah Rio. Agar Ai bisa menemani Ibunya di kampung.

Yang menganal Rio hanyalah Ai dan Ayahnya, Ibunya Ai tidak perenah bertemu. Karena Ayah Ai bekerja di rumah Rio baru dua tahun ini, dan tidak pernah berkunjung kerumahnya. Kecuali kerumah Mang Cuing, bisa diakatakan hamper tiap tahun.

***

Malampun tiba, Rio berencana mau maen kerumah Ai bersama kedau temannya.

"Ok, men.. sekarang kerumah Ai pake mobil Ok!!!" kata Abil.

"Ah, lhu pake mobil melulu, mau lewat mana.. orang rumahnya za ditengah sawah.." kata Sandi.

"Iya juga, … terus jalan kaki lagi dah…" kata Abil "Ok dah, ….yuk sekarang Go …" sambung Abil ..

Rio , Abil, Sandi terlihat sedang tengah berjalan menuju rumah Ai, sesekali Abil menggoda tiap bertemu gadis cantik. Dan tak lama kemudian, sampelah meraka didepan rumahnya.

Sebelum Rio mengucap salam, Sandi melihat Ai masuk kedalam rumahnya. Begitu juga Abil, ia kenal betul itu adalah Ai yang dulu pernah sekelas dengannya. Rupanya Ai tak melihat ada Rio, Abil dan Sandi datang, karena memang jaraknyapun masih jauh 200 meter.

Tiba didepan rumah, seperti biasa Rio mengucap salam. Salampun dibalasnya oleh Ibunya Ai. Namun Ibu nya Ai bilang, "maaf, Ai nya lagi maen kerumah temennya, da ada dirumah.". Rio pun jadi lemas saat mendengar apa yang disampaikan Ibu nya Rio, dan Rio pun memutuskan untuk pulang .

Belum juga kaki Rio melangkah, secara tidak disengaja Ai keluar dari rumah, dan dilihat ada tiga cowok. Saat perma kali melihat Ai tidak percaya kalo itu Rio, Abil dan Sandi. Ini laksana mimpi. Namun dengan cepat Ibunya Ai menyuruh Ai untuk masuk kerumah. Ai pun tak mengerti dan sangat heran dengan sikap Ibu nya. Ai tak bisa berkata Ia pun masuk.

Rio, Abil, dan Sandi jadi bingung, apalagi saat Ibu nya Ai masuk tanpa permisi lagi, dan langsung menutup pintu rumahnya.

***

Dirumah mang Cuing, Rio, Sandi, dan Abil bercerita dengan apa yang terjadi saat maen kerumah Ai.

"Ya,.. ibu nya Ai memang bisa dibilang matre…nak, dulu pun ada sebelum Ai ke kota ada pemuda yang mencintai Ai, tapi Ibu Ai tidak menyetujuinya, dan Ai disuruhnya ke kota bersama Ayahnya." Kata mang Cuing.

***

Malam sudah semakin larut, Rio sepertinya tidak bisa tidur. Dan akhirnya Abil, Sandi yang sudah ngatukpun terbawa tidak bisa tidur.

"Apa yang dikatakan mang Cuing itu benar, Ibu nya Ai menganggap kita semua orang kere, jadi tidak diperbolehkan bertemu sama Ai, tapi ….men kepana you ga bilang kalo you itu anak majikanya." Kata Abil. Rio hanya terdiam.

"Betul juga, ….. men ..gimana kalo besok kita kesana lagi… gue tahu lhu kanget banget ma Ai,.. dan Gue juga yakin Ai pun sama." Kata Sandi.

"Ok, Gue setuju.. kalo Gue bertiga diusir,,, gue mau bilang kalo lhu itu anak sang Direktur, pengusaha kaya." Kata Abil.

"Ga usah, besok kita pulang saja ke Jakarata." Kata Rio…

"Apa????!!! Men……. Lhu kan belum ngobrol sama Ai…" kata Abil.

"Gue sudah bahagia walo hanya sekejap melihat Ai… dan besok Go Jakarta." Kata Rio.

Sandi, dan Abil tidak bisa menolaknya saat Rio mengajaknya kembali kejakarta. Kedua nya hanya mengikut saja.

***

Di tempat lain Ai hanya bisa menangis, ia tidak menyangka Ibu nya akan berbuat setega itu. Ai tahu Rio begitu sanyang padanya. Begitupun pada hati Ai yang mencintai Rio. Namun walau satu tahun lebih selalu bersama , walu satu tahun lebih cinta telah tumbuh didalam hati keduanya. Cinta susah untuk diucap. Sekalipun keduanya saling bertatap. Keduanya saling mengucap, tapi hanya ucapan obrolan saja. Cinta masing – masing merasakannya. Padahal cinta ada didepan bibirnya, tapi cinta tak bisa di ucapkanya.

***

Cinta didepan bibir masih tetap tak bisa diucapkan, dan kini telah menjadi kenangan. Setelah Ai bercerita pada Ibu nya tentang Rio yang sebenarnya anak majikannya. dan terlihat merah padam pada muka Ibunya. Ia tahu Rio sudah pun meninggalkan kampung nya. Dan Ai hanya bisa meminta maaf, cinta tak bisa diaktanya.

http://wwwcerpenasmari-puisi.blogspot.com

Friday 25 February 2011

DI GERBANG SEKOLAH


DRAMA

JUDUL

DI GERBANG SEKOLAH

Ada yang lupa pada Elda, ia dompetnya ketinggalan dikelas. Makanya biarpun ia uda jauh dari gerbang pintu sekolah, Elda berlari terburu-buru. Teman-temannya pada heran.

Adegan I

Elda : (berlari menuju kelas kembali tanpa bilang-bilang temannya).

Nunik : (heran) “Kenapa tuh anak.”

Nano : “Tau tuh! Nemuin cewenknya kali, he he…”

Shandi : “Paling ada barangnya dia yang ketinggalan”

Nano :”Ya, cewe baru itu, yang kelas IX D”

Nunik :”O…betul juga!...aku ikut ah….!” (berlari mengikuti arah Elda)

Nano :”Wuy…mau kemana lhu….?”

Adegan II

Dari arah berlawanan ada cewe cantik yang sedang berjalan di gerbang pintu sekolah. Tak sengaja Elda yang sedang berlari terburu-buru menabrak cewek cantik pas digerbang sekolah.

Elda : (Elda menabrak Ayu, buku yang dipegang Ayu jatuh berantakan) ”O,..Sory! Sory! Tak

sengaja.”

Ayu :”Punya mata kagak cih?”

Elda :”Sory! Aku lagi buru-buru!”

Ayu :”Buru-buru cih buru-buru,… tapi jangan pake nabrak. Tuh kan bukunya jadi pada

beratakan.”

Elda :”Aku ya,… untuk memberaskannya”

Ayu : (dengan muka kecut) ”Gak usah!!!”

Nunik : (dari kejauhan melihat Elda dengan Ayu, ia mengira lagi ngobrol asyik) “Ehm….pantes gak

bilang-bilang.”

Elda :”Bilang apanya…coy”

Nuno :”Lha….ini, kenalin donk….”

Ayu : (dengna wajah kesal Ayu membereskan buku-bukunya, lalu pergi begitu saja)

Elda :”Kenalan Ti Hongkong, orang dia ketabrak gue. Ya, udah ah, aku mau kekelas” (Elda pergi)

Nuno :”Ngapain?”

Elda : (sambil berjalan) “Ngambil dompet gue ketinggalan dikelas”

Adegan III

Ayu : (bertemu temannya yang sedang menunggu Ayu di pinggir jalan) “Sory ya, tadi Ayu ketemu

ma cwo brengsek! Jadi kalian lama menunggu.”

Lena “Siapa Yu, cwo brengsek tu.?”

Ayu :“Tau tuh, pake ngajak kenalan segala lagi!”

Aida :”W jadi penasaran,… siapa cih yang telah ganggu temen w.”

Maya :”Udahlah… daripada ngomongin orang, baeknya kita pulang aja” (semuanya mengikuti

ajakan Maya, dan pulang bersama-sama).

Adegan IV

Di tempat yang sama di hari yang berbeda. Elda dan teman seganknya menunggu Ayu di gerbang sekolah. Maksudnya Elda mau minnta maaf. Kelihatan dari pintu gerbang Ayu dan teman-temannya sedang menuju ke pintu gerbang.

Nano : “Tuh, anaknya..lagi menuju kemari.”

Nunik : “Wow…cantik-cantik, bro!!! tapi yang mana nya nich?”

Nano : “Yang tengah, yang pake pandu warna pink.”

Shandi : “Oh,… dia yang paling cantik diantara temannya.”

Pas berpapasan di gerbang pintu, semuanya pada diam. Kecuali Elda mulai angkat bicara.

Elda : “Ehm…, hai…!”

Ayu : “Mau ngapain lagi lhu,… ngerusak buku w lagi?”

Elda : “Aku mau minta maaf, atas kejadian kemarin. Sory ya, aku tak sengaja.”

Ayu : “Gak, usah! Ga perlu!!!” (dengan nada angkuh)

Lena : “Yu, diakan mau minta maaf, kenapa ga dimaafin.”

Maya : “Iya, Yu…gak baik lho….bermusuhan.”

Ayu : “Ya, udah! W maafin,… dah ya…” (dengan sedikit angkuh Ayu langsung ngajak pergi teman

seganknya) “Ayo ah, kita cabut….”

Meraka berempat pergi, tapi Nano masih penasaran.

Nano : “Hai,…cewe-cewe.. tunggu!!” (Mereka berhenti, Nano pun mendekatinya)

Ayu : “Ada apa lagi ne?”

Nano : “Boleh kenalan kan…?”

Maya : “Boleh,… sipa yang larang”

Ayu : “Udah gak, usah!!! Ayo ah, gak usah diladenin!”

Lena : “Ayu… diakan Cuma pengen kenalan. Boleh tahu namanya siapa?”

Nano : “Nano…” (sambil mengulurkan tangan kanannya)

Lena : “Lena…”

Disaat Nano sedang berkenalan , teman segank Nano mendekatinya. Mereka pun saling berekenalan. Kecuali Ayu.

Nano : “Ini siapa?” (menunjuk ke Ayu)

Ayu : “Ayu,… gak usah bercabak tangan”

Adegan V

Seperti biasa gank nya Eldo selalu menunggu gank nya Ayu di pintu gerbang sekolah. Kali ini sudah akrab, kecuali Ayu yang masih angkuh saja.

Nano : “Lama ni,.. gak biasanya, kenapa cih?”

Maya : “Sory, w semua tadi kena hukuman.”

Nunik : “Emang kenapa? Sampe dihukum.”

Lena : “Gara-gara Maya, tugas B.English nya gak kebawa. Jadi apes dach w semua.”

Shandi : ‘Ya, udah… gimana kalau sekarang makan Bakso, nanti ditraktir dech!”

Aida : “Boleh…. Kebetulan ne…lagi laper!”

Shandi : “Tapi, sebelum makan bakso harus ada yang mau jadi pacar gue…”

Maya : “Emang lhu suka ma siapa diantara kita berempat?”

Nunik : “Shandi, itu suka sama kamu, May… Iya kan, Shandi?”

Shandi : (Sambil mengangguk) “Iya, gue suka ma Maya.”

Maya : “Boleh, W juga suka ma kamu” (semuanya bertepuk tangan)

Shandi : “Tapi, jangan gue doang donk… yang pacaran.. kalian juga. Gimana kalau Nunik sama Aida,

Setuju ga?”

Nunik : “Boleh”

Aida : “Iya, dah.”

Nunik : “Nano sama Lena, Ok!”

Nano : “Ok,”

Lena : “Ok juga.”

Shandi : “Sekarang tinggal yang paling ganteng sama yang paling cantik, Elda ma Ayu…. Gmana

Elda?”

Elda : “Boleh”

Shandi : “Terus Ayu…, kok diem?”

Ayu : “Sory, W belum mau pacaran.”

Nano : “Hmm…maksudnya apa ne?...tapi suka kan sama Elda?”

Ayu : “Sok tahu lhu!”

Aida : “Kalau suka bilang ja suka, jangan dipendam. Nanti…jerawatan lho…..”

Ayu : “W, tetap gak bisa.”

Elda : “Ya, sudah…lebih baik sekarang kita makan bakso, gimana?”

(Dengan serempak menjawab Ok)

Adegan VI

Dikantin sambil menikmati Es kelapa Muda kesuakaannya.

Aida : “Yu,.. emang lhu bener ga da perasaan ma Elda?”

Ayu : “Ga tau cih… W gak bisa jawab.”

Maya : “Atau lhu merasa gensi, dengan sikap jutek kamu.”

Ayu : (matanya jadi merah) “Maksudnya ….?”

Tiba-tiba Shandi, Nano, dan Nunik datang. Kali ini Elda tidak ikut.

Nano : “Hai…cantik!”

Lena : “Hai, juga.” (diikuti Maya dan Aida)

Maya : “Elda, mana?”

Shandi : “Dia, tadi dijemput sama ortunya.”

Aida : “Nanti, Ayu gak da yang nemenin donk…”

Nano : “Ya, gimana…. Ayu sendiri gak peduli ma Elda.”

(akhirnya mereka minum Es kelapa muda saling berpasangan kecuali Ayu)

Ayu : “Sebetulnya, W pun suka ma Elda. Tapi, W gengsi….” (bicara dalam hatinya sendiri)

“W, kangen juga ma Elda. Elda kemana, ya…? Kenapa dia tidak ikut?”

Ayu : “Pintu gerbang, Elda dijemput ma ortunya, jangan-jangan mau pindah lagi sekolahnya”

Adegan VI

Dalam penantian yang agak lama. Akhirnya Elda nongol juga sama ortunya.

Ayu : “Elda…! “

Elda : “Ayu,…..!”

Ayu : “lhu mau kemana?”

Elda : “Aku mau pindah sekolah.”

Ayu : (kaget) “Apa?!!! W gak salah denger?”

Elda : “Tidak.”

Ayu : “Elda….kenapa harus pindah?”

Elda : “Ortu aku pindah kerja, jadi aku ikut Ortu”

Ayu : “Mungkin W harus menyesali atas kepergianmu.”

Selesai

DI GERBANG SEKOLAH


DI GERBANG SEKOLAH

Ada yang lupa pada Elda, ia dompetnya ketinggalan dikelas. Makanya biarpun ia uda jauh dari gerbang pintu sekolah, Elda berlari terburu-buru. Teman-temannya pada heran.

Adegan I

Elda : (berlari menuju kelas kembali tanpa bilang-bilang temannya).

Nunik : (heran) “Kenapa tuh anak.”

Nano : “Tau tuh! Nemuin cewenknya kali, he he…”

Shandi : “Paling ada barangnya dia yang ketinggalan”

Nano :”Ya, cewe baru itu, yang kelas IX D”

Nunik :”O…betul juga!...aku ikut ah….!” (berlari mengikuti arah Elda)

Nano :”Wuy…mau kemana lhu….?”

Adegan II

Dari arah berlawanan ada cewe cantik yang sedang berjalan di gerbang pintu sekolah. Tak sengaja Elda yang sedang berlari terburu-buru menabrak cewek cantik pas digerbang sekolah.

Elda : (Elda menabrak Ayu, buku yang dipegang Ayu jatuh berantakan) ”O,..Sory! Sory! Tak

sengaja.”

Ayu :”Punya mata kagak cih?”

Elda :”Sory! Aku lagi buru-buru!”

Ayu :”Buru-buru cih buru-buru,… tapi jangan pake nabrak. Tuh kan bukunya jadi pada

beratakan.”

Elda :”Aku ya,… untuk memberaskannya”

Ayu : (dengan muka kecut) ”Gak usah!!!”

Nunik : (dari kejauhan melihat Elda dengan Ayu, ia mengira lagi ngobrol asyik) “Ehm….pantes gak

bilang-bilang.”

Elda :”Bilang apanya…coy”

Nuno :”Lha….ini, kenalin donk….”

Ayu : (dengna wajah kesal Ayu membereskan buku-bukunya, lalu pergi begitu saja)

Elda :”Kenalan Ti Hongkong, orang dia ketabrak gue. Ya, udah ah, aku mau kekelas” (Elda pergi)

Nuno :”Ngapain?”

Elda : (sambil berjalan) “Ngambil dompet gue ketinggalan dikelas”

Adegan III

Ayu : (bertemu temannya yang sedang menunggu Ayu di pinggir jalan) “Sory ya, tadi Ayu ketemu

ma cwo brengsek! Jadi kalian lama menunggu.”

Lena “Siapa Yu, cwo brengsek tu.?”

Ayu :“Tau tuh, pake ngajak kenalan segala lagi!”

Aida :”W jadi penasaran,… siapa cih yang telah ganggu temen w.”

Maya :”Udahlah… daripada ngomongin orang, baeknya kita pulang aja” (semuanya mengikuti

ajakan Maya, dan pulang bersama-sama).

Adegan IV

Di tempat yang sama di hari yang berbeda. Elda dan teman seganknya menunggu Ayu di gerbang sekolah. Maksudnya Elda mau minnta maaf. Kelihatan dari pintu gerbang Ayu dan teman-temannya sedang menuju ke pintu gerbang.

Nano : “Tuh, anaknya..lagi menuju kemari.”

Nunik : “Wow…cantik-cantik, bro!!! tapi yang mana nya nich?”

Nano : “Yang tengah, yang pake pandu warna pink.”

Shandi : “Oh,… dia yang paling cantik diantara temannya.”

Pas berpapasan di gerbang pintu, semuanya pada diam. Kecuali Elda mulai angkat bicara.

Elda : “Ehm…, hai…!”

Ayu : “Mau ngapain lagi lhu,… ngerusak buku w lagi?”

Elda : “Aku mau minta maaf, atas kejadian kemarin. Sory ya, aku tak sengaja.”

Ayu : “Gak, usah! Ga perlu!!!” (dengan nada angkuh)

Lena : “Yu, diakan mau minta maaf, kenapa ga dimaafin.”

Maya : “Iya, Yu…gak baik lho….bermusuhan.”

Ayu : “Ya, udah! W maafin,… dah ya…” (dengan sedikit angkuh Ayu langsung ngajak pergi teman

seganknya) “Ayo ah, kita cabut….”

Meraka berempat pergi, tapi Nano masih penasaran.

Nano : “Hai,…cewe-cewe.. tunggu!!” (Mereka berhenti, Nano pun mendekatinya)

Ayu : “Ada apa lagi ne?”

Nano : “Boleh kenalan kan…?”

Maya : “Boleh,… sipa yang larang”

Ayu : “Udah gak, usah!!! Ayo ah, gak usah diladenin!”

Lena : “Ayu… diakan Cuma pengen kenalan. Boleh tahu namanya siapa?”

Nano : “Nano…” (sambil mengulurkan tangan kanannya)

Lena : “Lena…”

Disaat Nano sedang berkenalan , teman segank Nano mendekatinya. Mereka pun saling berekenalan. Kecuali Ayu.

Nano : “Ini siapa?” (menunjuk ke Ayu)

Ayu : “Ayu,… gak usah bercabak tangan”

Adegan V

Seperti biasa gank nya Eldo selalu menunggu gank nya Ayu di pintu gerbang sekolah. Kali ini sudah akrab, kecuali Ayu yang masih angkuh saja.

Nano : “Lama ni,.. gak biasanya, kenapa cih?”

Maya : “Sory, w semua tadi kena hukuman.”

Nunik : “Emang kenapa? Sampe dihukum.”

Lena : “Gara-gara Maya, tugas B.English nya gak kebawa. Jadi apes dach w semua.”

Shandi : ‘Ya, udah… gimana kalau sekarang makan Bakso, nanti ditraktir dech!”

Aida : “Boleh…. Kebetulan ne…lagi laper!”

Shandi : “Tapi, sebelum makan bakso harus ada yang mau jadi pacar gue…”

Maya : “Emang lhu suka ma siapa diantara kita berempat?”

Nunik : “Shandi, itu suka sama kamu, May… Iya kan, Shandi?”

Shandi : (Sambil mengangguk) “Iya, gue suka ma Maya.”

Maya : “Boleh, W juga suka ma kamu” (semuanya bertepuk tangan)

Shandi : “Tapi, jangan gue doang donk… yang pacaran.. kalian juga. Gimana kalau Nunik sama Aida,

Setuju ga?”

Nunik : “Boleh”

Aida : “Iya, dah.”

Nunik : “Nano sama Lena, Ok!”

Nano : “Ok,”

Lena : “Ok juga.”

Shandi : “Sekarang tinggal yang paling ganteng sama yang paling cantik, Elda ma Ayu…. Gmana

Elda?”

Elda : “Boleh”

Shandi : “Terus Ayu…, kok diem?”

Ayu : “Sory, W belum mau pacaran.”

Nano : “Hmm…maksudnya apa ne?...tapi suka kan sama Elda?”

Ayu : “Sok tahu lhu!”

Aida : “Kalau suka bilang ja suka, jangan dipendam. Nanti…jerawatan lho…..”

Ayu : “W, tetap gak bisa.”

Elda : “Ya, sudah…lebih baik sekarang kita makan bakso, gimana?”

(Dengan serempak menjawab Ok)

Adegan VI

Dikantin sambil menikmati Es kelapa Muda kesuakaannya.

Aida : “Yu,.. emang lhu bener ga da perasaan ma Elda?”

Ayu : “Ga tau cih… W gak bisa jawab.”

Maya : “Atau lhu merasa gensi, dengan sikap jutek kamu.”

Ayu : (matanya jadi merah) “Maksudnya ….?”

Tiba-tiba Shandi, Nano, dan Nunik datang. Kali ini Elda tidak ikut.

Nano : “Hai…cantik!”

Lena : “Hai, juga.” (diikuti Maya dan Aida)

Maya : “Elda, mana?”

Shandi : “Dia, tadi dijemput sama ortunya.”

Aida : “Nanti, Ayu gak da yang nemenin donk…”

Nano : “Ya, gimana…. Ayu sendiri gak peduli ma Elda.”

(akhirnya mereka minum Es kelapa muda saling berpasangan kecuali Ayu)

Ayu : “Sebetulnya, W pun suka ma Elda. Tapi, W gengsi….” (bicara dalam hatinya sendiri)

“W, kangen juga ma Elda. Elda kemana, ya…? Kenapa dia tidak ikut?”

Ayu : “Pintu gerbang, Elda dijemput ma ortunya, jangan-jangan mau pindah lagi sekolahnya”

Adegan VI

Dalam penantian yang agak lama. Akhirnya Elda nongol juga sama ortunya.

Ayu : “Elda…! “

Elda : “Ayu,…..!”

Ayu : “lhu mau kemana?”

Elda : “Aku mau pindah sekolah.”

Ayu : (kaget) “Apa?!!! W gak salah denger?”

Elda : “Tidak.”

Ayu : “Elda….kenapa harus pindah?”

Elda : “Ortu aku pindah kerja, jadi aku ikut Ortu”

Ayu : “Mungkin W harus menyesali atas kepergianmu.”

Selesai